Unfinished Game. (Part 2)

Ternyata melawan rasa malas itu sulit ya, Part 1 udah lewat beberapa bulan, tapi baru sempat saya lanjutkan sekarang. Yapp, ini lah cerita sambungan dari perjuangan saya bersama tim futsal FIB.

"Orang yang tepat diwaktu yang tepat" adalah istilah yang cocok untuk pelatih ajaib saya, Cak Wawan (beserta jajarannya) beramunisikan 12 pemain, kami belajar dan bertarung bersama. Tiga sampai empat kali latihan dalam seminggu, menguras tenaga dan dompet tapi anehnya kami semua tidak ada yang mengeluh. Saya ingat sekali waktu awal Cak Wawan datang ke latihannya FIB, beliau gak mau dibayar sepeserpun, yang beliau mau hanyalah kehadiran dari setiap pemain yang sudah ditetapkan (gak boleh bolos latihan) dan itu lah yang mengakibatkan Adam tetap datang latihan meskipun sedang demam, duduk dipinggir lapangan sambil melihat rekan latihan, kepsirr dam!

Waktu terus berjalan, tak terasa hari menuju pertandingan semakin dekat. Saya yang diberi kepercayaan menjadi kapten sangat percaya dengan apa yang kami punya. Pertandingan demi pertandingan berhasil kami menangkan, sampai akhirnya kami bertemu Fakultas Hukum, lawan yang ingin sekali saya kalahkan, bukan karena dendam tapi saya menganggap ini lah lawan yang sepadan. Babak pertama berlalu tanpa gol, tidak seperti biasa, saya kehilangan kepercayaan diri. Mungkin karena dukungan yang terus bertambah dan Pak Dekan pun ikut meramaikan di barisan penonton. Saya hanya terdiam dikala rekan yang lain saling menyemangati dan memberi motivasi sampai akhirnya istirahat pun selesai dan kami harus melanjutkan babak ke dua. Satu hal yang saya ingat, sebelum saya masuk lapangan, Cak Wawan berdiri dihadapan saya, kemudian beliau memukul dada saya dengan penuh semangat sembari berucap "Bob, kalau kamu tidak cetak gol, mendingan temani aku dibangku cadangan"  sebuah kalimat yang saya anggap mantra dan alhasil tiga gol berhasil saya cetak ke gawang Fakultas Hukum. Hari itu kami bangga, tapi besok, kami mulai dari nol lagi.

Selangkah lagi kami menuju partai final, kami harus mengalahkan Filkom untuk melaju kebabak final, sedangkan Fakultas Peternakan sudah menunggu, siapakah yang layak menemani mereka untuk promosi ke Divisi Utama. Bukan lawan yang berat saya rasa, sampai pada akhirnya hal yang ditakutkan tiba. Kami sudah ungul 3 - 0 dari Filkom, dipertengahan pertandingan Opay tidak bisa menahan emosinya lalu pertengkaran tak bisa dihindarkan lagi. Opay terkena kartu merah dan harus meninggalkan lapangan pertandingan. Sempat kehilangan fokus, kami perlahan mulai kebobolan, tapi dengan segenap keringat dan doa kami berhasil memenangkan pertandingan. Setelah pertandingan usai, kami pun evaluasi dan saya meluapkan kekecewaan saya terhadap sikap Opay dilapangan, Opay pun demikian. Dan akhirnya Opay meminta maaf kepada tim dan kami menangis bersama hahaha. Saya sayang banget sih sama dia, tanpa Opay saya tidak mungkin mencetak dua belas gol dan menjadi kandidat Top Scorer. 

Lanjut part 3 (Finale)

Comments

Popular posts from this blog

Berbagi Ke-tidak-bahagiaan

Saya Minta Maaf