Hilang Arah

Hal tersulit dalam melangkah adalah menentukan arah. Tiba-tiba Kaki ini mulai lelah berpijak pada kegagalan, tiba-tiba pundak ini mulai rapuh menopang pahitnya kenyataan. Berulang kali hati ini bergumam, "kemana perginya semua rasa keberanian?" 

Memang terlihat dramatis, tapi mau gimana lagi, memang itu yang terjadi. Cak Lontong pernah berkata.. "hidup yang tidak dipertaruhkan tidak akan pernah dimenangkan". Saya tau rasa takut adalah jebakan, yang saya nggak tau adalah kenapa saya tidak berusaha keluar dari jebakan tersebut. 

Tuhan, jika Kau lihat tulisan ini, bantu saya tuk tinggikan hati dan kembali melangkah lagi.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Berbagi Ke-tidak-bahagiaan

Udah hampir tiga tahun gua enggak ngejalin sebuah romansa dan gua ngerasa gapapa sama itu semua. Kalo ditanya "mau sampe kapan gua sendiri?" yaa gua masih belom tau jawabannya, emang kenapa kalo sendiri? Kalo cuma sekedar makan lalu pulang, gua bisa sendiri kok, gua juga masih punya temen kalo cuma buat nongkrong haha-hihi. Lalu, kenapa masih butuh cinta kalo kita bisa bahagia dengan orang yang kita punya? Tapi kalo lu lagi sedih? Apa rasa sedih itu bisa hilang dengan sendirinya tanpa orang disamping lu? Atau semua hal bisa diceritain ke temen lu? Dan kalau iya, Apakah mereka bener-bener peduli?  Waw, bener juga ya, mungkin semua orang akan terlihat ketika gua sedang terang-benderang, tapi ketika gua mulai gelap-gulita, kalian semua pada kemana?  Lagi-lagi sudut pandang gua salah tentang itu semua, ternyata, cinta bukan lagi hanya sekedar berbagi kebahagiaan, tapi melainkan mampu berbagi ketidakbahagiaan. Lalu pertanyaannya adalah siapa kah orang yang mampu saling bertukar ke...
Read more

Saya Minta Maaf

Akhirnya hal ini terjadi, beberapa hari terakhir saya banyak menangis, mungkin karena ketidak-siapan saya menjalani realitas hidup yang sedikit rumit. Perjalanan pulang dari Kemang menuju Pamulang adalah waktu yang paling tepat untuk saya menangis, mungkin karena disitu tidak banyak orang yang bisa melihat saya secara lemah dan utuh diwaktu yang bersamaan. Yap, hal ini benar-benar terjadi. Terbesit sebuah pertanyaan yang terus terulang, "apa yang lebih mahal dari kepercayaan dan waktu yang sudah terbuang?" rasa kecewa mungkin tidak bisa terhindari, tapi saya juga sadar betul banyak sekali teman atau bahkan keluarga yang sudah saya kecewakan dan saya pikir, saya pantas untuk disalahkan. Saya memilih untuk berdiam dan merasakan pahitnya kenyataan, kerena semua hal gak harus kita lawan, terkadang suatu yang lainnya harus direlakan. Tulisan ini saya buat untuk kalian yang merasa pernah saya kecewakan, karena saya terlalu takut untuk meminta maaf secara langsung, saya akui. Saya t...
Read more

Unfinished Game. (Part 2)

Ternyata melawan rasa malas itu sulit ya, Part 1 udah lewat beberapa bulan, tapi baru sempat saya lanjutkan sekarang. Yapp, ini lah cerita sambungan dari perjuangan saya bersama tim futsal FIB. "Orang yang tepat diwaktu yang tepat" adalah istilah yang cocok untuk pelatih ajaib saya, Cak Wawan (beserta jajarannya) beramunisikan 12 pemain, kami belajar dan bertarung bersama. Tiga sampai empat kali latihan dalam seminggu, menguras tenaga dan dompet tapi anehnya kami semua tidak ada yang mengeluh. Saya ingat sekali waktu awal Cak Wawan datang ke latihannya FIB, beliau gak mau dibayar sepeserpun, yang beliau mau hanyalah kehadiran dari setiap pemain yang sudah ditetapkan (gak boleh bolos latihan) dan itu lah yang mengakibatkan Adam tetap datang latihan meskipun sedang demam, duduk dipinggir lapangan sambil melihat rekan latihan, kepsirr dam! Waktu terus berjalan, tak terasa hari menuju pertandingan semakin dekat. Saya yang diberi kepercayaan menjadi kapten sangat percaya dengan ap...
Read more