Kesan Pertama, Gunung Panderman.

Gunung yang menjadi gerbang saya dalam sebuah pendakian. Saya lupa persisnya seperti apa tapi yang jelas Kipli adalah orang pertama yang merencanakan pergi ke gunung ini. Pada dasarnya naik gunung adalah suatu hal yang tabu buat saya tapi anehnya saya langsung meng-iya-kan ajakan dari kipli tanpa pikir panjang. Bukan cuma saya, tapi ada beberapa rekan lagi yang ikut meramaikan pendakian ini, diantaranya ada Shiddiq, Alfian, Nabila, Oliv, Cubai dan Tabul.

Persiapan dan pengetahuan yang kurang membuat kami cukup kewalahan, emang paling gak boleh deh naik gunung modal sotoy doang hahaha. Belum tau caranya packing yang bener, logistik cuma bawa seadanya, malah waktu itu bawa gitar, si kepake tuh gitar pas nyampe diatas. Harusnya Panderman merupakan gunung yang cukup ringan untuk seorang pemula, tapi kenyataan bertolak-belakang, butuh waktu kurang lebih 2 jam untuk sampai ke Latar Ombo (post 1) tapi sialnya kami tersasat, bagaimana tidak, dari kami semua belum pernah ada yang mendaki gunung Panderman. Yang terlintas dibenak saya pada waktu itu "gini amat ya naik gunung" kami harus menebas ranting, merangkak menggunakan tangan, menyusuri tebing yang pas sampe ujung eh ternyata jurang, berulang kali kami terus melakukan hal yang sangat tidak penting itu. Hari mulai gelap dan kami mulai kebingungan, "udah lah kita balik ke base camp aja" ujar salah satu dari kami, lalu pas kami putar balik, ternyata ada petani yang masih sibuk menyangkul, Kipli dengan segera turun dan menanyakan arah untuk menuju Latar Ombo. Tak disangka-sangka, kami hanya salah satu belokan saja, dan satu kesalahan itu yang membuat waktu kami terbuang sia-sia.

Buat yang udah pernah ke Panderman pasti tau kan satu hal yang menyebalkan, yaitu serangan monyet yang datang bertubi-tubi dari mulai Latar Ombo sampai dipuncak pun monyetnya gak abis-abis. Semua orang panik di dalam tenda pada saat itu, hanya shiddiq yang tetap asyik mendokumentasikan para monyet yang sedang merampas sisa makanan milik kami hahaha. Karena Panderman masih masa pemulihan akibat kebakaran jadi kami tidak direkomendasikan untuk naik sampai puncak, tapi tetap saja Kipli, Shiddiq dan Oliv iseng-iseng meneruskan perjalanan ke puncak dan meninggalkan kami yang sedang asyik nyemil di tenda, tadinya saya mau ikut, tapi pas saya sedang ambil sendal, dari dalam tenda ada yang berteriak "awas aja lu bob ikut naik, disini gak ada yang jagain" syitttt, saya gagal kepuncak. 

Huaa.. gak kerasa udah hampir enam tahun sejak pertama kali memutuskan untuk mendaki gunung, gunung yang bisa dibilang gak terlalu tinggi ini berhasil membuat saya ketagihan, memang pada saat itu kami sangat minim pengetahuan tapi dibalik itu ada rasa semangat dan penasaran yang tinggi sehingga tidak ada alasan untuk tidak mendaki. Gunung ini pula yang menjadi saksi bisu lahirnya sebuah paguyuban yang bernama 'JALANG ASIK' sungguh nama yang katrok tapi biarpun begitu, anggota kami selalu bertambah disetiap pendakian selanjutnya hahaha

Comments

Popular posts from this blog

Berbagi Ke-tidak-bahagiaan

Saya Minta Maaf

Unfinished Game. (Part 2)